Minggu, 12 Maret 2017

MEMBERI NASIHAT DAN KEBAIKAN TIDAK HARUS MENUNGGU SEMPURNA


. . Firman Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ; "Mengapa kalian suruh orang lain mengerjakan kebajikann, Lantas kalian melupakan diri kalian sendiri, Padahal kalian membaca Al kitab (Taurat), Apakah kalian tidak punya akal?” | QS. Al-Baqarah: 44

Ada satu kaidah yg menyebutkan; "Al-ibrah bi umumil lafdzi, laa bi khushusi sabab"

Maksudnya pelajaran itu diambil dari keumuman teks ayatnya, Bukan pd kekhushusan sebab turunnya ayat. Secara khusus, Ayat ini memang diturunkan sebagai teguran bagi kaum Yahudi yg mereka menyuruh orang lain melakukan kabajikan, Namun diri mereka sendiri tidak melakukan.

Secara umum, Ini teguran & nasihat bagi kita agar kata & perbuatan kita sesuai. Perlu diseksamai, Ayat celaan & bukan larangan, Ini bukan MELARANG untuk memberi nasihat jika diri sendiri belum baik, Namun MENCELA orang yg meninggalkan kebajikan yg dia nasihatkan pd orang lain. Bahkan wanita yg tak berjilbab pun tak dilarang untuk menasihati teman wanitanya untuk berjilbab.

Ini seperti yang disampaikan Imam Nawawi ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ : Para ulama menjelaskan orang yg melakukan amar ma'ruf & nahi mungkar tidak disyaratkan haruslah orang yg sempurna. Bahkan kewajiban amar ma'ruf itu tetap ada meski orang tersebut tidak melaksanakan apa yg dia perintahkan. Demikian pula kewajiban nahi mungkar itu tetap ada meski terkadang yg melarang itu masih mengerjakan apa yg dia larang. Hal ini dikarenakan seorang memiliki dua kewajiban, Pertama memerintah & melarang diri sendiri, Kedua memerintah & melarang orang lain.” | Al-Minhaj, 1/300 .

 "Andaikata seorang muslim tidak boleh memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yg sempurna, Niscaya tidak akan ada para pemberi nasehat.” Begitu tegas Imam Hasan al-Bashri ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺍﻟﻠّﻪُ ﺃﻋﻠَﻢ ﺑِﺎﻟﺼَّﻮَﺍﺏ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar