Rabu, 15 Maret 2017

Tulisan Sunda pun Bapa

Karumasa Kiumbara

Sanduk buhun tina lumaku
Sasadu tina purunyus
Sembah sungkem  tina kabandel
Nyolongkrong dongko tina bedegong
Tumamprak rumasa dosa
Ramisak ngarasa doraka

Ya Robbi
Abdi rumaos ....
Seueur geuleuh batan deudeuh
Seueur humaneuar batan ikhtiar
Seueur dipasihan batan pengabdian
Seueur ngarasula batan bebela
.........
Ya Robbii
Abdi rumaos .....
Teuas manah batan cadas
Dosa ngaleuya doraka balatak
Ngumbar lamunan hapa  amalan
Ngedul sumujud basangkal taat
Kagembang maksiat kapincut ngalajur nafsu
.....
Tapiii.....
Bade kasaha abdi balaka ...
Mung ka Salira Nu Maha Agung abdi sasadu ...
Istuning ka Robbi Nu  Maha Suci
abdi jumerit...
Abdi aneprok moyongkod dina panto maghfiroh...
Tumamprak tobat dina lawang kanyaah..
Rengkuh sujud bari nyurucud nyukcruk pangampun...

Abdi Yaqin kana wangsit Ilahi
Dosa nu nyagara
Luput nu ngagunung
Kelepatan nu mayakpak
Doraka antay-antayan
...
Masih lega keneh
Kaasih Ribbil 'Alamin
Kanyaah Nu Maha Kawasa
Maghfiroh Alloh SWT..

أستغفر الله العظيم واتوب اليه.....
#GHUFRONAKA.
#ngabagi_jumerit_ati
#ngahiyap_munajat_manah.
Caag.
Wanci : janari leutik
Di : palataran mardhotillah.

Senin, 13 Maret 2017

KISAH PERAMPOKAN CERDAS



Perampok berteriak kepada semua orang di bank :

” Jangan bergerak! Uang ini semua milik Negara. Hidup Anda adalah milik Anda ..”

Semua orang di bank kemudian tiarap.

Hal ini disebut “Mind changing concept – merubah cara berpikir“.

Semua orang berhasil merubah cara berpikir dari cara yang bisa menjadi cara yang kreatif.

Salah satu nasabah yang sexy mencoba merayu perampok. Tetapi malah membuat perampok marah dan berteriak, ” Yang sopan mbak! Ini perampokan bukan perkosaan!”

Hal ini disebut ” Being professional – bertindak professional“. Fokus hanya pada pekerjaan sesuai prosedur yang diberikan.

Setelah selesai merampok bank dan kembali ke rumah, perampok muda yang lulusan MBA dari universitas terkenal berkata kepada perampok tua yang hanya lulusan SD ” Bang, sekarang kita hitung hasil rampokan kita”.

Perampok tua menjawab. ” Dasar bodoh, Uang yang kita rampok banyak, repot menghitungnya. Kita tunggu saja berita TV, pasti ada berita mengenai jumlah uang yang kita rampok.”

Hal ini disebut “Experience – Pengalaman“. Pengalaman lebih penting daripada selembar kertas dari universitas.

Sementara di bank yang dirampok, si manajer berkata kepada kepala cabangnya untuk segera lapor ke polisi. Tapi kepala cabang berkata, ” Tunggu dulu, kita ambil dulu 10 milliar untuk kita bagi dua. Nanti totalnya kita laporkan sebagai uang yang dirampok.”

Hal ini disebut “Swim with the tide – ikuti arus“. Mengubah situasi yang sulit menjadi keuntungan pribadi.

Kemudian kepala cabangnya berkata,” Alangkah indahnya jika terjadi perampokan tiap bulan.”

Hal ini disebut “Killing boredom – menghilangkan kebosanan“. Kebahagiaan pribadi jauh lebih penting dari pekerjaan Anda.

Keesokan harinya berita di TV melaporkan uang 100 milliar dirampok dari bank. Perampok menghitung uang hasil perampokan dan perampok sangat murka. “Kita susah payah merampok cuma dapat 20 milliar,orang bank tanpa usaha dapat 80 milliar. Lebih enak jadi perampok yang berpendidikan rupanya.”

Hal ini disebut sebagai “Knowledge is worth as much as gold – pengetahuan lebih berharga daripada emas“.

Dan di tempat lain manajer dan kepala cabang bank tersenyum bahagia karena mendapat keuntungan dari perampokan yang dilakukan orang lain.

Hal ini disebut sebagai “seizing opportunity – berani mengambil risiko“.

Selamat mencermati kisah diatas. Meski  mengandung humor namun ada point-point yang bisa kita tangkap dari humor bisnis di atas...

Apakah anda bisa melihat, mengapa bangsa ini selalu ada keributan ?

Kisah Perampokan diatas, adalah representing segala sesuatu yg terjadi di Negara ini.

Minggu, 12 Maret 2017

MEMBERI NASIHAT DAN KEBAIKAN TIDAK HARUS MENUNGGU SEMPURNA


. . Firman Allah ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ; "Mengapa kalian suruh orang lain mengerjakan kebajikann, Lantas kalian melupakan diri kalian sendiri, Padahal kalian membaca Al kitab (Taurat), Apakah kalian tidak punya akal?” | QS. Al-Baqarah: 44

Ada satu kaidah yg menyebutkan; "Al-ibrah bi umumil lafdzi, laa bi khushusi sabab"

Maksudnya pelajaran itu diambil dari keumuman teks ayatnya, Bukan pd kekhushusan sebab turunnya ayat. Secara khusus, Ayat ini memang diturunkan sebagai teguran bagi kaum Yahudi yg mereka menyuruh orang lain melakukan kabajikan, Namun diri mereka sendiri tidak melakukan.

Secara umum, Ini teguran & nasihat bagi kita agar kata & perbuatan kita sesuai. Perlu diseksamai, Ayat celaan & bukan larangan, Ini bukan MELARANG untuk memberi nasihat jika diri sendiri belum baik, Namun MENCELA orang yg meninggalkan kebajikan yg dia nasihatkan pd orang lain. Bahkan wanita yg tak berjilbab pun tak dilarang untuk menasihati teman wanitanya untuk berjilbab.

Ini seperti yang disampaikan Imam Nawawi ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ : Para ulama menjelaskan orang yg melakukan amar ma'ruf & nahi mungkar tidak disyaratkan haruslah orang yg sempurna. Bahkan kewajiban amar ma'ruf itu tetap ada meski orang tersebut tidak melaksanakan apa yg dia perintahkan. Demikian pula kewajiban nahi mungkar itu tetap ada meski terkadang yg melarang itu masih mengerjakan apa yg dia larang. Hal ini dikarenakan seorang memiliki dua kewajiban, Pertama memerintah & melarang diri sendiri, Kedua memerintah & melarang orang lain.” | Al-Minhaj, 1/300 .

 "Andaikata seorang muslim tidak boleh memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yg sempurna, Niscaya tidak akan ada para pemberi nasehat.” Begitu tegas Imam Hasan al-Bashri ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺍﻟﻠّﻪُ ﺃﻋﻠَﻢ ﺑِﺎﻟﺼَّﻮَﺍﺏ

KISAH SAHABAT YANG LUAR BIASA MENGINSPIRASI

Suatu hari, Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya, para sahabat sedang asyik mendiskusikan sesuatu.
Tiba-tiba datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka.

Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata :
"Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!"

"Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini !".

Umar segera bangkit dan berkata :
"Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka, wahai anak muda?"

Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata :
"Benar, wahai Amirul Mukminin."

"Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.

Pemuda lusuh itu kemudian memulai ceritanya :

"Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku di kota ini, ku ikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia (unta). Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera ku cabut pedangku dan kubunuh ia (lelaki tua tadi). Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."

"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.

"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.

Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh.

"Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat", ujarnya.

"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat (tebusan) atas kematian ayahmu", lanjut Umar.

"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala,

"Kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".

Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur, dan bertanggung jawab.

Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata :
"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah", ujarnya dengan tegas.

"Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".

"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda yang ayahnya terbunuh.

"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?", tanya Umar.

"Sayangnya tidak ada, Amirul Mukminin".
"Bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?", pemuda lusuh balik bertanya kepada Umar.

"Baik, aku akan memberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.

"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah-lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.

Tiba-tiba dari belakang kerumunan terdengar suara lantang :
"Jadikan aku penjaminnya, wahai Amirul Mukminin".

Ternyata Salman al-Farisi yang berkata.

"Salman?" hardik Umar marah.
"Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini".

"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, yaa, Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.

Akhirnya dengan berat hati, Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.

Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.

Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman, salah satu sahabat Rasulullah S.A.W. yang paling utama.

Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatan
gan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.

Akhirnya tiba waktunya penqishashan. Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, karena menyaksikan orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.

Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.

”Itu dia!” teriak Umar.
“Dia datang menepati janjinya!”.

Dengan tubuhnya bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.

”Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku, wahai Amirul Mukminin..” ujarnya dengan susah payah,
“Tak kukira... urusan kaumku... menyita... banyak... waktu...”.
”Kupacu... tungganganku... tanpa henti, hingga... ia sekarat di gurun... Terpaksa... kutinggalkan... lalu aku berlari dari sana..”

”Demi Allah”, ujar Umar menenanginya dan memberinya minum,

“Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?” tanya Umar.

”Aku kembali agar jangan sampai ada yang mengatakan... di kalangan Muslimin... tak ada lagi ksatria... menepati janji...” jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.

Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya :
“Lalu kau, Salman, mengapa mau- maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"

Kemudian Salman menjawab :

" Agar jangan sampai dikatakan, dikalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya”.

Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.

”Allahu Akbar!”, Tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak.

“Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu”.

Semua orang tersentak kaget.

“Kalian...” ujar Umar.
“Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?” Umar semakin haru.

Kemudian dua pemuda menjawab dengan membahana :
”Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya”.

”Allahu Akbar!” teriak hadirin.

Pecahlah tangis bahagia, haru dan sukacita oleh semua orang.
MasyaAllah..., saya bangga menjadi muslim bersama kita ksatria-ksatria muslim yang memuliakan al islam dengan berbagi pesan nasehatnya untuk berada dijalan-Nya..
Allahu Akbar ...

sumber : dari sebuah pesan broadcast WA

Jumat, 10 Maret 2017

Tulisan Bapa...

Kamarana nu baheula singborelak kasorot panonpoe isuk-isuk.
Kamarana trung trong lisung jeung sing csruitna manuk.
Kamarana sondah , ucing sumput , hatrik , sigug jeung momobilan cangkang jeruk.
Kamarana nu biasana ngabring mawa obor ka masjid seja ngadangukeun piwuruk.
...........
Rumasa hirup di dua kayaan zaman.
Nyoreang masa katukang mung ukur dina lamunan.
Asa hayang deui ngbaladah ngababakan.
Ngumpulkeun perelek di tungtung kahirupan.
Metakeun deudeuh ka sadayana pasukan .
Anteng, tengtrem, soson soson ngabageakeun perobihan.
Najan kudu lila ngadagoan.
Tetep dek disanghareupan.
Bari muntang ka Nu Maha Rahman
Sarta ulak ilik bisi kapangaruhan syetan.
Wudkeun harepan
Ngumpulkeun ganjaran
Nobatan kasalahan
Sykur kana kani'matan
Sabar kana ujian.
.............
Caag.
Kiumbara0561.
Kotretan perjalanan .

KANTONG BOCOR



*الشريم إمام الحرم المكي في خطبته يقول* :
Imam mesjid Asyuraim alharam almakki dalam khutbahnya mengatakan:

الأسعارعاليه !!

Harga-harga meningkat!

والنساء عاريه !!

Para wanita berpakaian sempit!

والمساجد خآليه !!

Mesjid-mesjid kosong!
وأحكآم آلله لآغيه ..!!

Hukum-hukum Allah dihapuskan!

آلسآرق مدلل !!

Pencuri jadi penunjuk jalan!

والمجاهد بقيوده مكبل !!

Mujahid dan pasukanya diborgol!

وآلزنآ حلآل !!
Zina halal!

والزواج محآل !!

Pernikahan jadi mustahil!

وآلنسآء قوآمُون على آلرجال !!

Para perempuan jadi pemimpin laki2!

وأرض المسلمين محتله !!

Tanah kaum muslim dijajah!

وآلفقرآء تحت آلمطر بلآ مظله !!

Orang-orang miskin di bawah hujan tanpa payung!

ولم يبقى من علآمآت آلسآعه الكبرى إلآ قله !!!!

Tidak tersisa tanda2 hari kiamat kecuali sedikit!
*فالتوبة التوبة*

Taubat adalah bertaubat

إحذروا *الكيس المثقوب*

*Hati-hati dengan kantong yg bocor*

" تتوضأ أحسن وضوء " لكــن. .. تسرف في الماء' *كيس مثقْوب*

Engkau telah berwudhu dgn sebaik2 wudhu akan tetapi engkau boros memakai air
*kantong bocor*

" تتصدق عَلى الفقراء بمبلغ ثم .. تذلهم وتضايقهم *كيس مثقْوب.

Engkau bersedekah kepada fakir miskin kemudian,  engkau menghina dan menyulitkan mereka.
 *kantong bocor*

تقوم الليل وتصوم النهار وتطيع ربك" لكــن. .. قاطع الرحم *كيس مثقْوب*

Engkau sholat malam hari, puasa di siang hari,  dan mentaati tuhanmu,  tapi engkau memutuskan silaturrahmi
 *kantong bocor*

تصوم وتصبر عَلى الجوع و العطش" لكـن .. تسب وتشتم وتلعن *كيس مثقْوب*

Engkau sabar dengan haus dan lapar,  tapi engkau menghina dan mencaci
*kantong bocor*

" *تلبسين الطرحه والعباية فوق الملابس* "لكـن .. العطر فواح *كيس مثقْوب*

Engkau memakai baju kerudung dan kebaya,  tapi minyak Wangi menyengat,
*kantong bocor*

تكرم ضيفك وتحسن إليه لكـن .. بعد خروجه تغتابه وتخرج مساوئه *كيس مثقْوب*

Engkau memuliakan tamumu dan berbuat baik kepadanya,  tapi setelah dia pergi engkau menggunjingkanya
*kantong bocor*

أخيرا ً لا تجمعوا حسناتكم في كيس مثقْوب . تجمعوها بصعوبة من جهة .. ثم تسقط بسهولة من جهه أخرى..
*يا رب اسألك لي ولأحبتي الهداية والغفران* .

Pada akhirnya *engkau hanya mengumpulkan kebaikanmu dalam kantong bocor,*  satu sisi engkau mengumpulkan dengan susah payah kemudian engkau menjatuhkannya dg mudah di sisi lain.
Ya Rabb, kami mohon hidayah dan ampunan atas kami dan orang-orang yg kami cintai

*عجائب الشعب العربي* :
Keganjilan-keganjilan orang-orang Arab (secara khusus dan kaum muslimin umumnya)

1- لايستطيع السفر للحج لأن تكلفة الحج مرتفعه .. لكن يستطيع السفر رغبةً في تغيير الجو !
 *ألا إن سلعة الله غالية*

1. Tidak mampu pergi haji karna biayanya besar,  akan tetapi sanggup pergi wisata mengganti suasana,
 *bukankah perdagangan Allah itu mahal*

2- لايستطيع شراء الأضحية لغلاء السعر لكن يستطيع شراء آيفون لمواكبة الموضة.
 *ألا إن سلعة اللَّـه غالية*

2. Tidak sanggup membeli hewan qurban karna harganya yg mahal,  tapi sanggup membeli iPhone sekedar ganti model.
*bukankah perdagangan Allah itu mahal*

3- يستطيع قراءة محادثات تصل إلى ١٠٠ محادثه في اليوم ..
ولا يستطيع قراءة ١٠ آيات من القرآن بحجة ليس لديه وقت لقراءة القرآن
*ألا إن سلعة الله غالية*

Sanggup membaca chatingan hingga seratus percakapan tiap hari,  namun tidak sanggup membaca 10 ayat alquran  dengan dalih tiada waktu yg cukup untuk membaca.
*bukankah perdagangan Allah itu mahal*

🔹🔹🔹🔹🌾🔸🔸🔸🔸

قليل من سيرسلها لأنه يشعر بالحرج .
Sedikit yg mau menyebarkannya/ men share karena merasa berat..

*تخيل ان الله يراك وانت تنشرها لاجله*.
Angankan di benakmu bahwa Alloh selalu melihatmu.. Dan engkau menyebarkannya karenaNya..

 اذا اعجبتك الفكرة ..  فانشرها .
وإذا لم تعجبك .. فمر كأنك لم ترى شيئا.
Jika engkau terpanggil sebab tulisan ini maka sebarkanlah.. Namun jika tidak maka anggap engkau tidak pernah lihat..


(ينشـر الأغانــي) .. (ويســتحي) مـن *نــشر القــرآن*
Tersebar nyanyian-nyanyian.. Orang malu menyebarkan Alqur'an..

*يارب من يرسلها ترزقه من حيث لايحتسب*

Ya Robb... Siapa yg mau menshare tulisan ini berilah rizki dari arah yg tidak disangka-s angka..Aamiin...
copas.

FILOSOFI KOPI

*FILOSOFI KOPI*

Suatu pagi hujan turun di sebuah pesantren. Kyai nan bijak meminta  seorang santri membuatkan minuman kopi.

*Kyai :* Tolong buatkan kopi dua gelas untuk kita berdua, tapi gulanya jangan engkau tuang dulu, bawa saja ke mari beserta wadahnya.

*Santri :* Baik, kyai.

Tidak berapa lama, sang santri sudah membawa dua gelas kopi yang masih hangat dan gula di dalam wadahnya  beserta sendok kecil.

*Kyai :* Cobalah kamu rasakan kopimu , bagaimana rasa kopimu?

*Santri :* Kyai, rasanya sangat pahit sekali.

*Kyai :* Tuangkanlah sesendok gula, aduklah, bagaimana rasanya?

*Santri :* Rasa pahitnya sudah mulai berkurang, kyai.

*Kyai :* Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

*Santri :* Rasa pahitnya sudah berkurang banyak, kyai.

*Kyai :* Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

*Santri :* Rasa manis mulai terasa tapi rasa pahit juga masih sedikit terasa, kyai.

*Kyai :* Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

*Santri :* Rasa pahit kopi sudah tidak terasa, yang ada rasa manis, kyai.

*Kyai :* Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

*Santri :* sangat manis sekali, kyai.

*Kyai :* Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

*Santri :* Terlalu manis. Malah tidak enak, kyai.

*Kyai :* Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

*Santri :* Aduh kyai, rasa kopinya jadi tidak enak, lebih enak saat ada rasa pahit kopi dan manis gulanya sama-sama terasa, kyai.

*Kyai :* Ketahuilah santriku, jika rasa pahit kopi ibarat kefakiran hidup kita dan rasa manis gula ibarat harta, lalu menurutmu kenikmatan hidup itu sebaiknya seperti apa santriku?

Sejenak sang santri termenung, lalu menjawab.

*Santri :* Ya kyai, sekarang saya tahu, kenikmatan hidup dapat aku rasakan jika aku dapat merasakan hidup seperlunya, tidak melampaui batas. Terimakasih  atas pelajaran ini, kyai.

*Kyai :* Ayo santriku, kopi yg sudah kamu beri gula tadi, campurkan dengan kopi yang belum kamu beri gula, aduklah, lalu tuangkan dalam kedua gelas ini, lalu kita nikmati segelas kopi ini.

Sang santri lalu mengerjakan perintah kyai.

*Kyai :* Bagaimana rasanya?

*Santri :* rasanya nikmat, kyai...

*Kyai :* Begitu pula jika engkau memiliki kelebihan harta, akan terasa nikmat bila engkau mau membaginya dengan yang fakir.

*Santri :* Terima kasih atas petuahnya, kyai. Saya faham sekarang.

*Selamat ngopi*  ☕☕☕
(copas)

Sebuah Perjalanan

“Kriiingg…..” Bunyi bel terdengar ke seluruh penjuru Sekolah Dasar Negri Lebakjaya II pertanda jam istirahat sudah dimulai. Para siswa bersorak gembira, menyambutnya dengan sukacita. Ada yang berlarian menuju kantin sekolah. Ada yang bermain sepakbola di lapangan. Ada yang bermain kucing-kucingan petak umpet dan permainan-permainan anak yang lainnya.
Di saat teman-teman sekelasnya bermain gembira, Ahmad hanya duduk terdiam di tempat duduknya. Dia sendirian di ruang kelas V A. Tak henti-hentinya dia memandangai dan membolak-balik kertas hasil ulangan matematikanya yang tadi dibagikan oleh Bu Tika. Sedih hatinya karena dia mendapatkan nilai yang jelek, bahkan yang paling jelek di kelasnya.
 ****
Pagi itu sekitar pukul 09.30. Di kelas V A sedang berlangsung pelajaran matematika yang diajar oleh Bu Tika.
“Ahmad, kamu itu gimana? Teman-teman yang lain mendapat nilai diatas lima puluh semua. Tapi kamu sendiri kok Cuma dapat nilai dua puluh? Kenapa? Gak belajar, ya?” Omel Bu Tika kepada Ahmad.
“Iya, Bu. Malamnya saya ketiduran, Bu. Jadinya gak sempat belajar.”
“Ibu kan sudah memberi tahu kalau kemarin itu ulangan dari dua minggu yang lalu.”
“Iya, Bu. Maaf. Tapi walaupun nilai saya jelek, itu adalah murni hasil kerja saya sendiri, Bu. Saya gak mau nyontek kayak temen-temen yang lain.”
“Emangnya temen-temen yang lain nyontek?”
Mendengar Ahmad berbicara seperti itu, Ubed, premannya kelas V A angkat bicara, “Ahmad bohong, Bu. Kami semua ngerjain soal sendiri kok. Gak ada yang nyontek. Iya kan temen-temen?”
“Iya Bu. Ubed benar. Heh Mad, jangan asal nuduh gitu dong!” Abdul, teman sebangku Ubed ikut bicara.
“ Heh…! Sudah-sudah. Gak usah ribut. Ahmad, lain kali kamu harus lebih giat lagi belajar, ya!”
Ahmad hanya mengangguk lemas. Terasa sesak dadanya setelah mendengar ucapan-ucapan dari guru dan teman-temannya. Padahal Ahmad benar. Dia tidak mau bekerja sama mengerjakan soal walaupun teman-teman yang lain melakukan hal itu. Bahkan ketika Rahman, teman sebangkunya menawarinya jawaban, dia menolaknya. Dia lebih memilih mengerjakan soal sendiri walaupun sebenarnya dia tidak terlalu bisa karena dia tidak belajar sebelumnya.
Ahmad selalu ingat nasehat almarhumah Ibunya yang menyuruhnya untuk berusaha menjadi orang yang jujur dan bisa membanggakan orang tua. Dia juga anak yang selalu menuruti apapun yang diperintah oleh ayah tercintanya. Bahkan di umur sekecil itu, Ahmad sering membantu Ayahnya bekerja di sawah.

 ****
Ahmad masih terdiam di trempat duduknya. Dia masih sendirian sampai Ubed, Abdul dan Juned masuk ke kelas dan mendekatinya.
“Eh, Mad. Kamu ngapain tadi bilang ke Bu Tika kalau kami semua nyontek, hah? Berani ya sama aku?” Ubed membentak Ahmad.
“Iya! Kamu jadi orang jangan sok, Mad! Diajak kerjasama gak mau. Lihat kan hasilnya?” Abdul semakin memojokkan Ahmad.
“Aku mau jadi orang jujur, Dul. Lebih baik aku mendapat nilai 20 daripada kamu yang dapat nilai 90 dari hasil nyontek.”
“Alaah… Banyak omong, kamu!” Kata Juned sambil menempeleng kepala Ahmad.
Ahmad tidak bisa lagi menahan emosinya. Dia berdiri dan mendorong Juned hingga jatuh.
“Heh! Berani kamu ya sama temenku!” Ubed balas mendorong dan memukul wajah Ahmad. Ahmad membalas lagi dengan satu pukulan. Sementera Juned dan Abdul pun ikut bergabung mengeroyok Ahmad. Perkelahian pun terjadi. Satu lawan tiga, jelas Ahmad yang kalah. Untungnya ada teman sekelasnya yang segera setelah melihat kejadian itu melapor kepada guru. Ubed, Juned dan Abdul pun dihukum untuk kesekian kalinya. Ya… mereka bertiga memang sering membuat onar.

 ****
“Kriiing….” Bel di SDN Lebakjaya kembali berbunyi. Kali ini adalah pertanda jam pelajaran di sekolah hari ini sudah selesai alias para siswa dan siswi sudah boleh pulang ke rumah. Semua siswa-siswi bergembira. Kecuali satu orang yaitu Ahmad.
“Bagaimana reaksi ayahku kalau tahu nilai ulangan matematikaku hanya dapat nilai 20? Bagaimana reaksi ayahku setelah tahu kalau anaknya berkelahi?” Batin Ahmad.
Ahmad takut kalau Ayahnya marah kepadanya. Tapi, dia tidak ingin berbohong. Dia harus ceritakan yang sebenar-benarnya. Ahmad berjalan menuju rumahnya sendirian. Dengan luka memar di wajahnya akibat dikeroyok Ubed dan kawan-kawan.
Sesampainya di rumah.
“Assalamu’alaikuum.”
“Wa’alaikum salam. Ahmad, kenapa wajahmu itu nak?”
“Tadi…. Ahmad berkelahi, Yah.”
“Berkelahi?”
“Ceritanya tadi pagi aku……..” Ahmad menceritakan semua yang dialaminya di sekolah tadi kepada ayahnnya. Ayahnya hanya tersenyum mendengar anak satu-satunya itu bercerita sambil meneteskan air mata.
“Ayah…? Kenapa Ayah tersenyum? Aku heran Ayah, selama ini aku berusaha dengan susah payah belajar dengan baik untuk mendapat nilai bagus, tetapi temanku yang tidak belajar itu bisa mendapatkan nilai yang bagus hanya dengan mencontek.
Aku bekerja membantu Ayah untuk mendapatkan uang, tetapi temanku itu bisa mendapatkan uang bannyak dari hasil memalaki teman-teman yang lain.
Aku berusaha mengingatkan temanku yang salah, tetapi aku malah diejek dan dicaci maki.
Aku berusaha menjadi orang yang jujur seperti kata Ibu, tetapi teman-temanku tadi malah menjauhiku.
Kenapa, Yah? Kenapa…?”
Ayahnya terdiam memandangi kedua mata Ahmad yang berkaca-kaca dan mengeluarkan air mata. Ahmad mengingatkannya pada seseorang yang dulu sangat dicintainya, tetapi kini dia sudah tiada yaitu istrinya.
“Mad, besok akan ayah beritahu jawabannya.” Kata ayahnya.

 ****
Besoknya. Minggu pagi. Ahmad diajak oleh ayahnya pergi ke suatu tempat oleh. Dengan membawa perbekalan secukupnya, pagi itu Ahmad dan ayahnya berangkat dengan berjalan kaki.
“Mau kemana kita ini, Yah?”
“Ayah akan membawamu ke suatu tempat yang bagus, Nak. Kamu tidak usah bertanya. Nanti kamu akan lihat sendiri.”
“Oh… Iya.”
Walaupun masih bingung, Ahmad tidak berani bertanya lagi. Dia hanya mengikuti kemana ayahnya berjalan. Menyusuri jalan setapak. Melewati sawah-sawah yang terhampar luas. Lalu melewati jalanan menanjak. Memasuki hutan yang selama ini jarang dimasuki orang.
Setengah jam sudah Ahmad dan Ayahnya berjalan menyusuri hutan. Selama itu mereka banyak menghadapi hambatan dan rintangan. Mulai dari serangga-serangga penggigit yang ganas. Jalanan yang becek dan berlumpur. Adakalanya harus mereka harus memanjat, melompat, menyebrang sungai dan banyak rintangan-rintangan yang lainnya.
Setelah sekian lama berjalan, akhirnya Ahmad dan ayahnya sampai pada suatu tempat yang indah. Tempat itu berada di atas gunung, tetapi bukan di puncaknya. Dari sana cukup jelas terlihat pemandangan Kota Garut yang terkenal indah. Di tempat itu pula terdapat danau kecil yang airnya masih sangat jernih. Di danau  itu Ahmad dan ayahnya memebersihkan kaki dan tangannya. Lalu meraka menggelar tikar dan mengeluarkan perbekalan makanan. Mereka berdua pun makan dengan lahapnya.
Hanya sedikit orang yang mengunjungi  tempat itu selain Ahmad dan ayahnya. Diantara mereka ada beberapa anak seumuran anak SMA yang sedang berkumpul. Mungkin mereka anak-anak pecinta alam. Ada juga beberapa pasangan lelaki dan perempuan yang sedang asik duduk mengobrol sampbil berpegangan tangan. Ada yang asik berfoto-foto, dan sebagainya.
Setelah makan, Ayahnya memulai pembicaraan.
“Mad, kamu senang Ayah ajak ke tempat ini?”
“Iya, Yah. Aku senang ketika sudah sampai di tempat ini. Tempat ini bagus sekali. Tetapi aku tidak suka dengan jalan yang kita lewati tadi. Banyak sekali hambatannya. Apa gak ada jalan lain, Yah?”
“Sebenarnya ada jalan yang sama sekali tidak ada hambatannya. Itu jalan yang umum dilewati orang yang mau kesini. Tetapi ayah sengaja menembawamu ke jalan yang tadi.”
“Kenapa, Yah?”
“Ayah ingin menunjukkan sesuatu kepadamu. Ayah ingin kamu tahu kalau perjalanan kita tadi sama seperti perjalanan hidup kita.”
“Maksudnya?”
“Untuk ke tempat ini, kita harus melewati berbagai rintangan dan hambatan. Begitu juga hidup kita. Untuk menjadi orang yang sukses dan berhasil, kita memang terlebih dahulu diberi banyak rintangan, hambatan dan cobaan oleh Allah.
Kemarin kamu bilang kalau kamu diejek dan dijauhi temanmu karena sikapmu. Itulah cobaan, nak. Kamu harus tetap kuat dan sabar. Kamu harus berusaha untuk tidak terpengaruh oleh temanmu yang jelek. Kamu juga harus berusaha belajar dengan sungguh-sungguh. Dengan begitu apa yang kamu cita-citakan pasti akan tercapai.”
“Ohh.. begitu ya, Pak?”
“Iya. Kamu mau berjanji pada ayah kalau kamu nanti akan membanggakan Ayah dan Ibu?”
“Iya Ayah. Aku berjanji aku akan berusaha menjadi orang yang jujur, kuat dan sabar supaya nanti aku bisa jadi orang sukses dan bisa membanggakan Ayah dan Ibu.”
“Bagus. Ibumu pasti bangga melihat kamu seperti ini, Mad.”
“Benarkah Ayah? Walaupun nilai ulanganku 20?”
“Iya. Tentu saja. Karena kamu mengerjakannya dengan jujur dan tidak mencontek.Tetapi lain kali kamu harus belajar dengan lebih giat!”
“Iya Ayah.”
Ahmad tersenyum. Begitu juga Ayahnya. Sementara hari sudah semakin siang dan panas, Ahmad dan ayahnya pun kembali pulang ke rumah. Kali ini lewat jalan yang berbeda.
Hari ini Ahmad mendapatkan pelajaran berharga dari Ayah tercintanya. Sekarang dia tahu bahwa perjalanan menuju kesuksesan itu penuh hambatan dan rintangan yang harus dihadapi dengan usaha sungguh-sungguh dan bersabar.